Jakarta - Pergerakan kaum Mexico-American, atau yang akrab disebut Chicano pada dekade 50’an, menjadi trigger bagi kehadiran gaya hidup lowrider. Ditinjau dari namanya, low (rendah) dan rider (tunggangan/mobil) merupakan titik balik kaum Chicano untuk kembali eksis di tanah negeri Paman Sam setelah era Perang Dunia kedua. Motto terkenalnya adalah “Bajito Y Suavecito”, jika diterjemahkan berarti berjalan rendah dan pelan (“low and slow’).
Seketika itu pulalah lowrider menjadi gaya hidup bagi penggemar aliran modifikasi mobil yang dibuat serendah mungkin dan tampilan yang eye catcher. Salah satu terjemahan dari konsep lowrider bisa disaksikan pada Ford De Luxe tahun 1940 milik Ermin Nasution ini. Berangkat dari kegemarannya atas kejayaan mobil Amerika tempo doeloe, Ermin berusaha keluar dari pakem untuk sekedar berpenampilan vintage.
“Saya memang suka mobil klasik buatan Amerika, mobil klasik tak hanya bisa berpenampilan layaknya pada zamannya. Saya ingin generasi muda juga bisa menikmati mobil klasik,” beber punggawa gallery Classic Emporium ini. Namun seperti biasa, proses untuk mendapatkan kendaraan yang pas untuk tema lowrider memang tidaklah mudah.
Setelah melakukan pencarian, ditemukanlah Ford De Luxe tahun 1940 di salah satu sudut kota Jogja. “Kondisinya memang tak terlalu baik, namun untuk mobil di zamannya, melihatnya dalam keadaan utuh saja sudah luar biasa,” sahut Nanang, mekanik kepercayaan Ermin. Dan proses restorasi pun dimulai.
Kondisi bodi bongsor yang telah renta ini kembali disegarkan lewat pemakaian plat galvanis dengan tebal 1,2 mm. “Bagusnya kondisi sasis masih bagus, jadi tak perlu perbaikan besar atau sampai bikin sasis baru,” tambah Nanang.
Setelah mulus kembali, seluruh tubuh sintal De Luxe dilabur warna hitam dari Spies Hecker sebagai cat dasar. Untuk mendapatkan nuansa candy ala lowrider, cat merah plus glitter dari Kingspaint dilaburkan, lantas dilapisi pernis sebanyak 8 liter dari Spies Hecker.
Apa yang ada dibalik kap mesin adalah sebuah manifestasi tersendiri bagi Ermin. Karena kehadiran mesin V8 bersuara menggelegar merupakan keharusan baginya. Salutnya, Ermin enggang untuk tanggung, karena sebongkah mesin V8 302 cu.in atau sekitar 5.000 cc dipesan langsung lewat koleganya di Amerika.
Beberapa ubahan ringan seperti penggunaan karburator Edelbrock 600 cfm dipilih agar pengabutan bahan bakar dan udara dapat mencapai titik maksimal. Lebih dari cukup untuk menghela tubuh bongsor De Luxe untuk sekedar “riding low & slow”.
Agar mesin bertenaga ‘badak’ tersebut dapat berjalan ‘smooth’, transmsi otomatis 4 percepatan dari Ford C-4 dinilai mampu memberikan pernyaluran tenaga sesuai seperti yang diharapkan, halus namun tetap mantap bertenaga ketika digeber di jalan bebas hambatan.
“Untuk pemasangan mesin dan transnmisi perlu beberapa penyesuaian, namun relatif mudah kok,” ungkap Nanang. Ubahan yang dilakukan sekedar membuat dudukan baru untuk engine mounting dan penempatan radiator custom.
Pengerjaannya sendiri hanya membutuhkan waktu 4 bulan agar De Luxe dapat bertransformasi menjadi sebuah lowrider seutuhnya. “Kita ngerjainnya memang agak ngebut juga sih, karena ngejar salah satu kontes di akhit tahun lalu,” sahut Nanang. Namun jika hasilnya sebagus dan sehalus ini, 4 bulan merupakan waktu yang sangat singkat untuk mewujudkan napas ala “Bajito Y Suavecito”.
MUDAH KARENA SEDERHANA
Menghadirkan resep kaki-kaki ala lowrider pada De Luxe tak sesulit yang dibayangkan. Lantaran memiliki konstruksi sederhana, membuat roda amblas dibalik fender gempal De Luxe, tak banyak menemui kendala. Meski minus air suspension, untuk memangkas ketinggian pun harus dengan ’cara lama’.
Seketika itu pulalah lowrider menjadi gaya hidup bagi penggemar aliran modifikasi mobil yang dibuat serendah mungkin dan tampilan yang eye catcher. Salah satu terjemahan dari konsep lowrider bisa disaksikan pada Ford De Luxe tahun 1940 milik Ermin Nasution ini. Berangkat dari kegemarannya atas kejayaan mobil Amerika tempo doeloe, Ermin berusaha keluar dari pakem untuk sekedar berpenampilan vintage.
“Saya memang suka mobil klasik buatan Amerika, mobil klasik tak hanya bisa berpenampilan layaknya pada zamannya. Saya ingin generasi muda juga bisa menikmati mobil klasik,” beber punggawa gallery Classic Emporium ini. Namun seperti biasa, proses untuk mendapatkan kendaraan yang pas untuk tema lowrider memang tidaklah mudah.
Setelah melakukan pencarian, ditemukanlah Ford De Luxe tahun 1940 di salah satu sudut kota Jogja. “Kondisinya memang tak terlalu baik, namun untuk mobil di zamannya, melihatnya dalam keadaan utuh saja sudah luar biasa,” sahut Nanang, mekanik kepercayaan Ermin. Dan proses restorasi pun dimulai.
Kondisi bodi bongsor yang telah renta ini kembali disegarkan lewat pemakaian plat galvanis dengan tebal 1,2 mm. “Bagusnya kondisi sasis masih bagus, jadi tak perlu perbaikan besar atau sampai bikin sasis baru,” tambah Nanang.
Setelah mulus kembali, seluruh tubuh sintal De Luxe dilabur warna hitam dari Spies Hecker sebagai cat dasar. Untuk mendapatkan nuansa candy ala lowrider, cat merah plus glitter dari Kingspaint dilaburkan, lantas dilapisi pernis sebanyak 8 liter dari Spies Hecker.
Apa yang ada dibalik kap mesin adalah sebuah manifestasi tersendiri bagi Ermin. Karena kehadiran mesin V8 bersuara menggelegar merupakan keharusan baginya. Salutnya, Ermin enggang untuk tanggung, karena sebongkah mesin V8 302 cu.in atau sekitar 5.000 cc dipesan langsung lewat koleganya di Amerika.
Beberapa ubahan ringan seperti penggunaan karburator Edelbrock 600 cfm dipilih agar pengabutan bahan bakar dan udara dapat mencapai titik maksimal. Lebih dari cukup untuk menghela tubuh bongsor De Luxe untuk sekedar “riding low & slow”.
Agar mesin bertenaga ‘badak’ tersebut dapat berjalan ‘smooth’, transmsi otomatis 4 percepatan dari Ford C-4 dinilai mampu memberikan pernyaluran tenaga sesuai seperti yang diharapkan, halus namun tetap mantap bertenaga ketika digeber di jalan bebas hambatan.
“Untuk pemasangan mesin dan transnmisi perlu beberapa penyesuaian, namun relatif mudah kok,” ungkap Nanang. Ubahan yang dilakukan sekedar membuat dudukan baru untuk engine mounting dan penempatan radiator custom.
Pengerjaannya sendiri hanya membutuhkan waktu 4 bulan agar De Luxe dapat bertransformasi menjadi sebuah lowrider seutuhnya. “Kita ngerjainnya memang agak ngebut juga sih, karena ngejar salah satu kontes di akhit tahun lalu,” sahut Nanang. Namun jika hasilnya sebagus dan sehalus ini, 4 bulan merupakan waktu yang sangat singkat untuk mewujudkan napas ala “Bajito Y Suavecito”.
MUDAH KARENA SEDERHANA
Menghadirkan resep kaki-kaki ala lowrider pada De Luxe tak sesulit yang dibayangkan. Lantaran memiliki konstruksi sederhana, membuat roda amblas dibalik fender gempal De Luxe, tak banyak menemui kendala. Meski minus air suspension, untuk memangkas ketinggian pun harus dengan ’cara lama’.
Seperti suspensi rigid yang diusung De Luxe, hanya butuh mengepres per daun di depan dan belakang. Untuk sokbrekernya, menggunakan versi custom yang sayangnya Nanang lupa asal usulnya.
Highlight-nya justru pada velg tipe wired dari OG Wheel yang merupakan identitas sahih bagi para penggemar lowrider. Ukurannya dipilih 18x8 inci dinilai pas untuk menyesuaikan dengan tubuh bongsor De Luxe
.
Semakin spesial, Ermin memesankan spinner berwujud crystal agar terlihar lebih mewah dan catchy. Uniknya, untuk mengejar kontes, ban masih menggunakan buatan lokal, yakni Achilles Desert Hawk berprofil 255/55R18. cukup untuk menghadirkan nuansa glamor di kaki-kaki De Luxe.
ANDALKAN MIX ’N’ MATCH
Begitu masuk interior, nuansa kemewahan langsung terasa, karena Ermin menyulap interior De Luxe bagaikan lounge berjalan. Seluruh kabih dibalut dengan bahan suede berwarna merah agar sewarna dengan eksterior.
Semakin ekstravagan ketika melihat kehadiran entertainment yang memadukan nuansa modern, seperti penggunaan TV LCD 19 inci yang lengkap dengan minibar-nya.
Untuk tata suaranya sendiri, Ermin pun tetap berjiwa muda, dengan menggunakan peranti Rockford Fosgate. Delapan buah speaker, 2 subwoofer 10 inci dan 3 buah power monoblock serta 4 channel sebagai pendongkrak tenaga.
Asyiknya, Ermin juga tak lupa membuat interior lebih nyaman dengan menggunakan A/C double blower dengan kompresor dan blower milik Toyota Avanza. Pemasangan double blower-nya sendiri dengan menempelkannya diatap dengan menggunakan baut, lantas dibalut kembali dengan lapisan suede. Begitu nyaman dan mewah seperti di masa kejayaan De Luxe di dekae 40’an.
RUMAH MODIFIKASI:
Classic Emporium, Kawasan Industri Delta Mas, Cikarang, Jawa Ba
rat.
DATA SPESIFIKASI:
Cat hitam Spies Hecker, cat merah + glitter KingPaints, pernis Spies Hecker, custom headlamp & grill, mesin Ford 302 cu.in, transmisi Ford C-4 otomatis 4 percepatan, karburator 4 barrel 600 cfm Edelbrock, alternator Tru Trac System, header ACH coated, muffler Smithy, velg OG Wire 18x8 inci, spinner diamond, ban Achilles Dessert Hawk, 255/55R18, sound system full Rockford Fosgate, LCD monitor 19 inci, custom minibar, A/C custom Toyota Avanza.